Kronologi Peretasan Alpaca Finance
- X
- 3 min read

Bayangkan mengelola miliaran dana pengguna dengan sistem manual. Itulah yang dilakukan Alpaca Finance, sebuah protokol pinjaman DeFi yang dikenal karena pendekatannya yang primitif dalam mengelola harga aset.
Protokol ini menghadapi kerugian jutaan dolar akibat kegagalan sistem oracle-nya. Alih-alih menggunakan teknologi modern seperti Chainlink atau TWAP, Alpaca Finance mengandalkan pengecekan manual harga di CoinGecko setiap 30 menit. Sistem ini tak mampu mengikuti perubahan harga yang sangat dinamis di pasar crypto.
Kejatuhan Dimulai: Token Thena dan Keruntuhan Sistem Manual
Skandal ini dimulai ketika token Thena terdaftar di Binance, yang menyebabkan harga melonjak dari $0,26 menjadi lebih dari $4 dalam hitungan menit. Sementara pasar bereaksi cepat, sistem Alpaca Finance tetap “tertahan di masa lalu”, dengan harga yang tertunda selama 30 menit.
Hasilnya? Para trader cerdas memanfaatkan celah ini, menarik aset bernilai ratusan ribu dolar dari protokol tanpa memberikan jaminan yang cukup. Dalam waktu singkat, Alpaca kehilangan kendali atas pasar, seperti rumah kartu yang runtuh diterjang badai.
Kesalahan Besar: Manual Update di Era Otomasi
Sistem oracle Alpaca Finance ternyata tidak lebih dari pengecekan manual harga CoinGecko oleh tim mereka. Padahal, industri DeFi telah memiliki teknologi seperti Chainlink, TWAP, atau solusi berbasis blockchain lainnya yang jauh lebih andal.
Menurut dokumentasi mereka sendiri, Alpaca seharusnya memiliki sistem oracle canggih dengan integrasi Chainlink. Namun kenyataannya, mereka justru mengandalkan metode yang lebih cocok untuk startup kecil daripada protokol yang mengelola ratusan juta dolar dalam Total Value Locked (TVL).
Ketika pengguna mencoba memperingatkan mereka tentang risiko ini, tanggapan tim Alpaca justru berupa ban di Discord dan penyangkalan keras di media sosial. Bahkan, mereka menyalahkan pengguna karena mempertanyakan sistem yang jelas-jelas bermasalah.
Kerugian Besar: Angka Resmi vs Realitas Pengguna
Setelah kejadian, Alpaca melaporkan kerugian sekitar $116 ribu. Namun, laporan dari pengguna menunjukkan jumlah yang jauh lebih besar—lebih dari $2,8 juta, dengan satu pengguna kehilangan lebih dari $1 juta.
Beberapa aset pengguna bahkan masih tertahan di protokol, termasuk 444 ribu token Thena, yang nilainya terus berubah-ubah sejak insiden tersebut.
Respons Alpaca: Solusi Minim, Transparansi Nol
Sebagai solusi, Alpaca Finance menawarkan kompensasi sebesar $50 ribu—angka yang jauh dari cukup untuk menutup kerugian para pengguna. Mereka juga mengusulkan dua skema distribusi, yaitu:
- Prioritas bagi pemberi pinjaman kecil, atau
- Distribusi proporsional untuk semua pengguna.
Namun, kedua opsi ini hanya menghasilkan “recehan” bagi pengguna yang kehilangan ratusan ribu dolar.
Selain itu, tim Alpaca terus berdalih bahwa “tidak ada oracle yang dapat melaporkan lonjakan harga secara instan.” Pernyataan ini menunjukkan kurangnya pemahaman mereka terhadap teknologi modern yang telah tersedia di pasar.
Pelajaran untuk Dunia DeFi
Kejadian ini menjadi pengingat penting bagi pengguna dan pengembang DeFi bahwa infrastruktur yang buruk dapat menghancurkan kepercayaan komunitas. Mengandalkan pembaruan manual harga di era otomatisasi adalah kesalahan fatal yang tidak dapat diterima.
Protokol DeFi sering mengklaim telah “teruji pertempuran,” namun kasus Alpaca Finance membuktikan sebaliknya. Keamanan bukan sekadar klaim, tetapi tanggung jawab terhadap dana pengguna.
Kesimpulan
Skandal Alpaca Finance adalah cerita tentang kelalaian digital di dunia yang seharusnya mengutamakan transparansi dan teknologi canggih. Sistem manual mereka tidak hanya menyebabkan kerugian besar bagi pengguna, tetapi juga merusak reputasi mereka di dunia DeFi.
Ke depannya, komunitas crypto harus lebih kritis terhadap protokol yang mengelola dana besar. Jika sebuah protokol tidak memahami teknologi oracle, apakah mereka layak dipercaya untuk mengelola uang Anda?
Tags: Alpaca Finance, DeFi, Oracle, Chainlink, Skandal Crypto, Kehilangan Dana, Thena Token, Manual Price Feed
- Tags:
- Berita